Semoga uang ini cukup yaa
maaf aku cuman bisa ngasih
segini saja, tolong diterima
Untuk sahabatku…
Inilah penggalan surat yang ditemukan di dalam celengan milik Zhafira Alkhansa Nabila, murid kelas IV Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al-Furqon, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Sejak sebulan terakhir, gadis cilik kelahiran Jakarta, 21 Juli 1998 ini, gemar menyisihkan uang jajannya untuk bersedekah. Setiap hari, Fira, begitu ia biasa disapa, memasukkan minimal Rp.500 ke dalam kaleng silinder itu.
Surat yang ditulis tangan itu, ditujukan khusus bagi sahabat kecilnya. Siapa dan dimana sahabat itu, Fira sendiri tidak mengetahuinya. Meski begitu, ia tetap bersemangat menyedekahkan rupiah demi rupiah ke dalam celengan itu. ”Mungkin buat adik yang putus sekolah atau yang tidak mampu,” tutur anak yang hafal dua juz Al-Quran itu.
Sebelas ribu rupiah telah ia kumpulkan. Namun jumlah itu sangat berarti bagi mereka yang membutuhkan. Jumlahnya memang tak seberapa, tetapi nilai pengorbanan dan pembentukan jiwa sosial dari bersedekah, jauh lebih berharga.
Saat ditemui di sekolahnya, penyuka pelajaran komputer ini tengah membantu gurunya, Ibu Muhibah (26). Tangan mungilnya terlihat cekatan menghimpun kertas ulangan berdasarkan abjad murid kelas itu. ”Soalnya hari Sabtu mau bagi rapor,” ujar Fira yang hafal nama-nama menteri Kabinet Indonesia Bersatu.
Anak kedua dari empat bersaudara ini mengaku, mendapat uang saku Rp.3.000 sehari. Setengahnya ia sedekahkan untuk pengemis di depan sekolah, untuk celengan PKPU dan untuk pemulung cilik yang ia temui sepulang sekolah. ”Sisanya, untuk jajan pas istirahat dan pulang sekolah,” tandas anak penyuka pizza dan nasi goreng ini.
Kepedulian putri pasangan Ahmad Alwi dan Defnie Darmawan ini tak datang dengan simsalabim. Sejak kecil, Fira sudah dibiasakan bersedekah. Bahkan setiap tahun, ayah-ibunya memperlombakan celengan yang dibuka pada akhir bulan Ramadhan.
Yang terbanyak akan mendapatkan hadiah sementara uang yang terkumpul disedekahkan saat lebaran. ”Tahun lalu aku paling banyak ngumpulin-nya dan dapat hadiah crayon. Trus uangnya diberikan ke anak yatim,” ujar Fira yang hobi berenang dan sepakbola ini.
Pendidikan untuk saling berbagi pada sesama inilah yang diterapkan orangtuanya. Ia masih ingat bagaimana ibu mengajarkan padanya untuk tetap bersyukur. Suatu ketika, Fira tengah bepergian bersama kedua orangtuanya.
Saat di lampu merah, seorang pengamen cilik yang menggendong adiknya melintasi mobil yang ditumpangi Fira dan keluarganya. ”Fira, kamu harus bersyukur dengan apa yang kamu punya walaupun sedikit,” suaranya terisak menirukan nasihat ibunya.
Kejadian itu benar-benar membekas di hatinya. Matanya basah saat menceritakan pengalaman berharga itu. Butiran bening mengalir perlahan dari sudut mata bulatnya. ”Aku mau, kok…,” suaranya terhenti menahan tangis. ”Kalau ada celengan dari PKPU lagi, aku mau. Tapi waktunya lebih lama biar uangnya bisa lebih banyak,” pintanya sambil menyeka air mata dengan jilbab kecilnya.
Ia merasa senang dengan adanya celengan PKPU. Ia ingin, suatu saat nanti bisa bertemu dengan sahabat kecil yang mendapatkan bantuannya. Ketika ditanya tentang pesan bagi sahabatnya, ia tersenyum. ”Jangan sombong kalo sudah jadi orang kaya,” ujar Fira yang bercita-cita jadi arsitek ini polos.
Fira, hanyalah satu dari ratusan anak di SDIT Al-Furqon yang bersedekah melalaui program Tabung Peduli, Sedekah untuk Sahabat. Program yang melatih jiwa sosial ini mendapat sambutan hangat para guru dan murid sekolah itu. Dari program ini, diharapkan akan lahir ’Fira-Fira’ berikutnya, bocah yang suka bersedekah. Semoga saja. (Lufti Avianto/PKPU)