Lucunya di sejumlah swalayan, uang receh menjadi alternatif uang kembalian. Jika tidak ada uang receh, kasir memberikan kepada costumer dengan sejumlah permen. Itupun terkadang sudah tak layak untuk di konsumsi. Ironis memang, tapi itulah uang receh.
Tapi lain hal dengan masyarakat kecil yang biasa berjuang hidup dipinggiran kota. Uang receh ternyata sangat bermanfaat. Terlebih ketika ia menjajakan diri (pengemis) di sepanjang jalan Ibu kota. Dan bagi ’si pak ogah’ atau jasa parkir, uang receh selalu ditunggu di setiap sudut gang.
Sekilas ketika bicara uang receh, seperti mengungkapkan makna kosong tanpa isi. Padahal jika kita menyisihkan waktu sejenak untuk mendengar atau merenung. Kenapa manusia menciptakan uang tersebut? . Tanpa uang receh, uang senilai miliaran rupiah mungkin tak akan pernah ada di permukaan.
Paradigma berfikir tentang uang receh sudah seharusnya dirubah. Uang receh kini bukan lagi menjadi aikon uang sisa yang tercecer tapi uang yang sangat bermanfaat. Dengan meletakkan atau memasukan uang receh dalam tempat khusus (celengan) pastinya banyak manfaatnya. Pekerjaan ini memang pekerjaan kecil. Tapi sulit untuk memulainya.
Kita termasuk enggan belajar dari metologi si miskin. Mereka lebih percaya, memasukan uang receh pada celengan berbentuk bambu atau terbuat tanah liat. Sedikit demi sedikit akan bermanfaat nantinya. Memang kita termasuk orang yang tidak bisa menabung di celengan, juga malas (gengsi) menggunakan uang receh.
Ramadhan sebentar lagi, mungkin di sini kita dapat memulai. Dengan memasukan uang receh kedalam celengan pastinya akan bermanfaat. Kita tak usah ragu lagi, uang receh yang terkumpul nantinya akan dimanfaatkan oleh teman−teman kita yang membutuhkan.
Sejenak kita tinggalkan kesenangan dunia. Beri harapan kemenangan fitri bagi Si miskin. Walau hanya sisa uang belanja atau ongkos, di bulan penuh berkah ini, Allah SWT akan melipatgandakan pahala kita. Amin (Irwansyah Maulana/PKPU)
0 komentar:
Posting Komentar