Tampilan luar celengan itu terdapat foto kecil beberapa orang anak kecil dan ada juga sebuah foto yang agak besar menampilkan seorang anak lelaki yang kira-kira berumur 10 tahun dengan balutan perban di salah satu siku tangannya.
Mungkin dengan foto itu, PKPU ingin menunjukkan bahwa untuk hal-hal yang ditampilkan di fotolah uang akan disalurkan. Sedianya celengan-celengan itu akan dibagikan kepada jamaah musholla, namun entah mengapa masih menumpuk dalam jumlah yang besar.
Saat itu aku teringat akan anakku Aran atau lengkapnya Mahdi Imaran Azfar. Salah satu sifat yang ingin kami tanamkan kepadanya adalah sikap DERMAWAN.
Sebuah sikap yang banyak kupelajari dari almarhum ayahku. Seringkali pada saat weekend di rumah, kami didatangi pengemis yang meminta-minta. Awalnya, aku sering menaruh curiga sehingga aku lebih banyak gak memberikan peminta itu barang sepeserpun. Tapi aku coba melihat sisi lain dari pemberian kepada orang lain, bahwa keuntungan berganda akan kudapatkan apabila aku mau memberikan peminta ataupun pengamen dengan melibatkan anakku yang saat itu berusia belum 2 tahun.
Keuntungan yang kuharapkan adalah melekatnya kedermawanan anakku, dapat pahala (Insya Allah), dapat membersihkan penghasilanku yang ”mungkin” masih ada yang kotor atau sekedar disucikan.
Jadi, sebagai langkah awal aku memberikan santunan kepada peminta ataupun pengamen dengan diikuti ataupun dihadapan anakku. Seberapa jelek dan lusuhnya pun peminta atau pengamen yang ada hadapan kami, selalu diusahakan agar anakku melihatnya langsung dari dekat. Beberapa waktu kemudian, anakku merasa tidak puas hanya dengan melihat, dia ingin langsung memberikan kepada peminta atau pengamen.
Sehingga, seringkali kami jadi memberikan santunan 2 kali yaitu pemberinya aku atau istriku dan yang kedua adalah anakku yang merengek ingin memberikan melalui tangannya. Kan gak mungkin aku minta lagi trus untuk diberikan kembali kepada mereka. Bisa dipelototin aku..hahaha….
Kembali ke celengan, saat itu akhirnya aku membawa beberapa celengan ke lantai tempatku bekerja dan membaginya kepada beberapa teman. Salah satunya kubawa ke rumah buat Aran. Saat itu Aran sudah berumur lebih dari 2,5 tahun dan sudah mengerti arti MEMBERI, melalui peminta dan pengamen.
Setibanya di rumah, aku dan istriku sepakat untuk mengajarinya menabung koin ke celengan ini untuk kemudian hasilnya disumbangkan ke PKPU. Kami berharap celengan ini hanya diisi koin, karena uang kertas sudah untuk celengannya Aran. Ohya, sejak berumur hampir 1 tahun, kami sudah menyediakan celengan plastik bentuk ayam buat Aran.
Saat aku punya uang lima ribu, maka akan kulipat rapi dan dimasukkan ke celengan Aran. Uangnya tidak dimasukkan seluruhnya tapi diletakkan menggantung di lubang celengan, sehingga menjadi tugas Aran untuk mendorongnya ke dalam. Lama kelamaan, Aran pingin melipat sendiri uang lima ribunya untuk dimasukkan. Lumayan juga, saat lebaran 2007 terkumpul sekitar 300 ribuan, dan tidak Cuma berisi uang lima ribuan hehehe….
Celengan PKPU kami tunjukkan kepada Aran sekaligus mengajarkannya untuk memasukkan hanya koin. Kami juga beritahu bahwa nanti uangnya untuk membayar perawatan ”abang yang sakit”. ”Abang yang sakit” ini adalah gambaran yang kami berikan atas foto anak lelaki yang dibalut siku tangannya. Awalnya aku yang memberikan koin untuk dimasukkan ke dalam celengan PKPU.
Celengan pribadi Aran masih berlanjut lho. Lama kelamaan mungkin dia capek nungguin koin pemberianku yang seringkali aku lupa memberikannya. Jadi Aran langsung ambil saja dari meja tempat aku menaruh uang-uangku sepulang kerja. Awalnya aku gak sadar kalau Aran mengambil uang tanpa persetujuanku, sadarnya setelah hilang beberapa uang lembar 10 ribu hingga 50 ribu.
Hal ini diakui Aran yang belum genap 3 tahun saat itu, setelah coba mengintip ke dalam celengan. Sebagai orang tua, kami harus mengajarkan bahwa tindakan itu tidak baik walaupun untuk diberikan sebagai santunan. Sampai sekarang Aran selalu meminta terlebih dahulu apabila kami belum memberikan uang yang diinginkannya untuk dimasukkan ke dalam celengan PKPU.
Dalam 6 bulan, celengan PKPU sudah penuh dan tidak hanya berisi koin. Yah sudahlah, itu rezeki ”abang yang sakit”. Minggu lalu, anakku protes karena celengan PKPU sudah tidak bisa diisi lagi ataupun kalau bisa agak susah masukkin koinnya.
Kemarin pagi, akhirnya aku bawa celengan PKPU ke kantor untuk ditukarkan dengan yang baru. Namun celengan yang dicari sudah tidak kelihatan lagi. Kutelpon PKPU di 021-87780015 untuk minta dikirimkan 5 celengan yang baru jadi bisa kubagikan kepada teman yang butuh sekaligus memberikan celengan lama hasil dari Aran.
Telponku langsung ditanggapi dengan mengirimkan salah satu perwakilannya ke kantor. Pagi di telpon, ba’da dzuhur kami sudah ketemu dan aku bisa menukarkan celengan lama dengan yang baru.
Perwakilan PKPU, Ade namanya, juga menjelaskan bahwa sumbangan yang berasal dari celengan sudah banyak jumlahnya sekaligus juga menyampaikan program yang baru dilaksanakan di bulan Mei. Tak lupa mas Ade menyampaikan 5 bundel Newsletter PKPU karena jumlah celengan yang kuminta juga 5.
Menenteng plastik berisi 5 celengan baru ke meja kerja, saat kubuka aku langsung bingung lagi. Karena nantinya aku harus mencari alasan baru buat apa uang di celengan PKPU ini. Hal ini disebabkan gambar celengannya berubah walaupun bentuknya sama. Gambar yang besar merupakan foto sorang anak perempuan berkacamata dengan memakai baju sekolah. Ini akan menjadi hal yang baru buat Aran karena bukan buat "abang yang sakit" lagi.
Apabila ada diantara anda yang berminat untuk ikut menyalurkan santunan baik berupa infak maupun zakat, dapat langsung menghubungi PKPU di http://www.pkpu.or.id ataupun langsung telpon ke 021-87780015.
Dijamin, perwakilan PKPU yang ramah akan membantu anda menyalurkan infak maupun zakat. INGAT SELALU, DI DALAM HARTA KITA ADA MILIK ORANG LAIN YANG MEMBUTUHKAN.
Sumber: http://namaku-murtaza.co.cc/?p=551
0 komentar:
Posting Komentar